Konsep Farmakologi dan Farmakodinamik






PENGANTAR FARMAKOLOGI


Ø  Sejarah pengobatan

         Pada mulanya penggunaan obat dilakukan secara empirik dari tumbuhan, hanya berdasarkan pengalaman
         Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya.
         Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan.
         Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.
         Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif.
         Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.

Ø  Apa yang dimaksud obat?
  1. zat kimia yang mempunyai efek terhadap proses dalam tubuh atau pikiran.
  2. senyawaan kimia yang digunakan atau dimasukkan pada manusia atau binatang untuk membantu diagnosis, treatment atau pencegahan suatu penyakit, atau kondisi tidak normal lainnya, untuk meringankan sakit atau penderitaan, atau untuk mengontrol keadaan pisiologis atau patologis. 
  3. Setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup
Ø  Zat kimia obat
  1. Mempunyai nama kimia
  2. Memiliki karakteristik
            Pembuatan obat tidak boleh mengurangi/menghilangkan karakteristiknya!!!
Ø  Sumber obat
         Obat merupakan produk organik atau anorganik dari tumbuhan yang dikeringkan atau segar, bahan hewan atau mineral.
         Untuk menjamin tersedianya obat agar tidak tergantung kepada musim maka tumbuhan obat diawetkan dengan pengeringan. Contoh
        getah Papaver somniferum (opium mentah) yang sering dikaitkan dengan obat penyebab ketergantungan dan ketagihan.
        Dosis tumbuhan kering dalam pengobatan ternyata sangat bervariasi tergantung pada tempat asal tumbuhan, waktu panen, kondisi dan lama penyimpanan.
        Maka untuk menghindari variasi dosis, F.W.Sertuerner (1783-1841) pada th 1804 mempelopori isolasi zat aktif dan memurnikannya dan secara terpisah dilakukan sintesis secara kimia. Sejak itu berkembang obat sintetik untuk berbagai jenis penyakit.
Ø  Cara menguji keamanan obat
  1. UJI PRAKLINIK
Uji praklinik, dari uji ini diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat. Hewan yang baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster, anjing atau beberapa uji menggunakan primate.
  1. UJI KLINIK
Fase I , calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk mengetahui apakah sifat yang diamati pada hewan percobaan juga terlihat pada manusia. Pada fase ini ditentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia.
Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diamati efikasi pada penyakit yang diobati. Yang diharapkan dari obat adalah mempunyai efek yang potensial dengan efek  samping  rendah     atau  tidak  toksik.  Pada  fase  ini  mulai  dilakukan pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat.
Fase III melibatkan kelompok besar pasien, di sini obat baru dibandingkan efek dan keamanannya terhadap obat pembanding yang sudah diketahui.
Fase IV, setelah obat dipasarkan masih dilakukan studi pasca pemasaran (post marketing surveillance) yang diamati pada pasien dengan berbagai kondisi, berbagai usia dan ras, studi ini dilakukan dalam jangka waktu lama untuk melihat nilai terapeutik dan pengalaman jangka panjang dalam menggunakan obat.
Ø  Farmakologi memiliki beberapa bagian antara lain:
ü       FARMAKOKINETIK  adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari nasib obat di dalam tubuh
ü       FARMAKODINAMIK adalah bagian ilmu farmakologi yang mempelajari efek fisiologik dan biokimia obat terhadap berbagai organ tubuh dan mekanisme kerjanya.
Ø  Farmakokinetik , cara pemberian, dan faktor yg mempengaruhi efek obat
1.    ABSORPSI
Proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut jumlah obat (prosentase dari doses) yang ditransfer dari tempat pemberian ke sirkulasi sistemik, dalam betuk utuh maupun metabolitnya, serta kecepatan proses tersebut.
Bioavailabilitas menunjukkan jumlah obat dalam prosentase dari bentuk sediaan yang mencapai sirkulasi sitemik dalam bentuk utuh/aktif, serta kecepatannya.
§   Pemberian obat peroral
-       Absorpsi di saluran cerna
-       Pada umumnya terjadi secara difusi pasif
-       Absorpsi mudah terjadi jika dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak
-       Obat harus berada dalam larutan air pada permukaan membran sel, kemudian obat melintasi membran dengan cara melarut dalam lemak membran
       Faktor yang berpengaruh
      Faktor obat
        - sifat fisiko kimia obat
        - formulasi obat
      Faktor penderita
      Interaksi dalam saluran cerna
§   PEMBERIAN SECARA PARENTERAL (SUNTIKAN)
  INTRAVENA (IV)
-       Tidak mengalami absorpsi
-       Cepat, tepat dosis
-       Cocok untuk larutan yang irtatif
-       Efek toksik mudah terjadi
-       Obat dalam larutan minyak tidak boleh IV

  SUBKUTAN (SK)
-   Tidak diperkenankan untuk obat yang iritasi jaringan
-   Absorpsi lambat dan konstan shg efeknya bertahan lama
-   INTRAMUSKULAR (IM)
§  Obat yang sukar larut dalam air absorpsi lambat
       Intratekal
-   Suntikan langsung ke dalam subaraknoid spinal
-   Dilakukan bila dinginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak atau sumbu serebrospinal
       Pemberian inhalasi
-       Hanya diberikan untuk obat yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap
-       Absorpsi melalui epitel paru dan mukosa saluran nafas
-       Absorpsi cepat
-       Terhindar dari elimenasi lintas pertama di hati
-       Sulit mengatur dosis secara tepat
-       Pemberian topikal
§  Absorpsi tergantung pada luas permukaan kulit yang diolesi dan kelarutan dalam lemak.
       Topikal pada mata
§  Absorpsi biasanya melalui kornea mata

2.   DISTRIBUSI
-       Setelah diabsorpsi obat segera didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah
-       Obat yang larut dalam lemah mudah terdistribusi ke dalam sel
-       Obat yang terikat dengan protein sulit terdifusi
  1. METABOLISME
-       Metabolisme atau biotransformasi adalah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim
-       Proses ini obat dirubah menjadi lebih polar sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
-       Pada umumnya obat menjadi inaktif, sehingga berfungsi untuk mengahiri kerja obat
Rekasi kimia yang terjadi
         Reaksi fase I, adalah oksidasi, reduksi, dan hidrolisis. Metabolit lebih polar
         Reaksi fase II, reaksi sintetik, yaitu konyogasi obat atau metabolit hasil reaksi fase I dengan substrat endogen seperti as. Glukoronat, sulfat, as. Amino. Hasilnya lebih polar dan mudah terionisasi sehingga mudah diekskresi melalui ginjal
  1. EKSKRESI
-       Melalui ginjal (jalur utama)
-       Diekskresi ke dalam usus melalui empedu, kemudian diekskresi dala feses
-       Melalui keringat, air liur, air mata, air susu, dan rambut (sangat kecil sehingga diabaikan).

FARMAKODINAMIK
Ø  RESEPTOR OBAT
Reseptor obat adalah suatu makromolekul target khusus yang mengikat suatu obat dan memidiasi kerja farmakologis obat tersebut
Berupa enzim, asam nukleat, atau protein yang terikat membran khusus
Ø  INTERAKSI OBAT RESEPTOR
Pembentukan komplek obat reseptor menghasilkan suatu respon biologis
Besar respon sebanding dengan jumlah kompleks obat reseptor
Ø  KONSENTRASI DAN RESPON OBAT
Dosis berbanding lurus dengan respon obat  
Respon berhenti pada konsentrasi tertentu

Ø  Istilah-istilah pada interaksi obat-reseptor
         Agonis (suatau senyawa yang berikatan dengan suatu reseptor dan menghasilkan respons biologis)
         Antagonis (penghambat/blocker respon agonis)
      Kompetitif (potensi agonis diperkecil)   : dapat diatasi dengan peningkatan dosis
      Non kompetitif      (mengurangi respon maksimal dari agonis): tidak dapat diatasi dengan peningkatan dosis
         Agonis/antagonis parsial (tidak 100%)
Ø  KERJA OBAT TANPA PERANTARAAN RESEPTOR
  1. Efek non spesifik dan gangguan pada membran
         Perubahan sifat osmotik (urea, manitol, MgSO4)
         Perubahan sifat asam-basa (antasida, NH4Cl, NaHCO3)
         Kerusakan non spesifik (antiseptik-desinfektan)
         Gangguan fungsi membran (anestesi volatile)
  1. Interaksi dengan molekul kecil atau ion (CaNa2EDTA- Pb2+)
  2. Masuk ke dalam komponen sel (obat kanker)
Ø  Prinsip terapi
       Proses Terapi (Farmakoterapi)=>Proses Ilmiah
       Setiap keputusan dibutuhkan: Pengetahuan, Keahlian, Keterampilan, Pertimbangan Profesional  Untuk hasil yang maksimum, resiko yang minimum
       Faktor Pendukung: Pengenalan penyakit, Gejala penyakit, Patofisiologi, Pengetahuan obat-obatan, Keahlian komunikasi, Keahlian pemeriksaan, Kemampuan analisis, Pertimbangan-pertimbangan profesional lainnya.
Ø  Farmakoterapi
       Terapi Kuratif; menyembuhkan
       Terapi Supresif: Menekan penyakit/gejala
       Terapi Preventif: Mencegah penyakit
Ø  Proses Keputusan Terapi
       Penegakan diagnosis
       Pemilihan intervensi pengobatan
       Pemilihan obat
       Penentuan dosis & cara pemberian
       Peresepan & penjelasan pada pasien
       Monitoring & evaluasi efek pengobatan
Ø  Farmakologi
      Adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi, fisika, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasibnya dalam organisme hidup
      Farmakognosi : pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman, mineral dan hewan. Ekstrak Ginkoa biloba (penguat daya ingat), bawang putih (antikolesterol), tingtur hyperici (antidepresi), ekstrak fever few (pencegah migrain)
      Biofarmasi : ilmu yang mempelajari pengaruh pembuatan sediaan farmasi terhadap efek terapeutik obat.
      Farmaceutical availability (ketersediaan farmasi) : ukuran waktu yang diperlukan oleh obat untuk melepaskan diri dari bentuk sediaannya dan siap untuk proses absorpsi.
      Larutan – suspensi – emulsi – serbuk – kapsul – tablet – enterik coated – long acting.

Ø Istilah dalam farmakologi
         Biological availability (ketersediaan hayati) : prosentasi obat yang diresorpsi tubuh dari suatu dosis yang diberikan dan tersedia untuk melakukan efek terapetiknya.
  • Therapeutical equivalent (kesetaraan terapeutik) : syarat yang harus dipenuhi oleh suatu obat yang meliputi kecepatan melarut dan jumlah kadar zat yang berkhasiat yang harus dicapai dalam darah
  • Bioassay : cara menentukan aktivitas obat dengan menggunakan hewan percobaan seperti kelinci, tikus, dll.
  • Farmakokinetik : segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. 
  • Farmakodinamik : mempelajari kegiatan obat terhadap organisme hidup terutama cara dan mekanisme kerjanya, reaksi fisiologi, serta efek terafi yang ditimbulkan. 
  • Toksikologi : pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh.
  •  Farmakoterapi : mempelajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit atau gejalanya. Phytoterapi : menggunakan zat-zat dari tanaman untuk mengobati penyakit 
  • Farmakologi klinik : cabang farmakologi yang mempelajari efek obat pada manusia.

Ø  Penggolongan Obat
         Obat farmakodinamis
         Obat kemoterapeutis
         Obat diagnostik
Obat farmakodinamis, bekerja terhadap host dengan jalan mempercepat atau memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon, diuretika, hipnotika, obat otonom
Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh host. Hendaknya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamis yang sekecil-kecilnya terhadap host, contoh : antibiotik, antijamur, obat-obat neoplasma (onkolitik, sitostatik)
Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan penyakit), misalnya BaSO4 digunakan untuk diagnosis penyakit saluran pencernaan, Na propanoat dan asam iod organik untuk sal empedu
Menurut  Permenkes RI
 No. 949/Menkes/Per/VI/2000
Obat Bebas
Obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter
Minyak kayu putih, OBH, OBP, Paracetamol, Vit. C, B Komplex, dll.
Obat Bebas Terbatas (W : waarschuwing)
Obat bebas yang pada penjualannya disertai tanda peringatan.
Antihistamin, klorokuin, kalii kloras, suppositoria, dll.
Obat Keras
(G : Gevaarlijk)
Obat berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter.
Adrenalin, antibiotika, antihistamin, dll.
OWA
Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter.
Linestrenol, antasid, salbutamol, basitrasin krim, ranitidin, dll.
Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan, sintetis atau semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri.
Tanm. Papaver somniferum, kokain, ganja, heroin, morfin, opium, kodein, dll.
Psikotropika
Zat atau obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku.
Lisergida, psilosibina, amfetamin, diazepam, fenobarbital, klordiazepoksida, dll.

Farmakodinamik
         Adalah cabang ilmu yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat serta mekanisme kerjanya.
         Tujuan mempelajari MK : meneliti efek utama obat, interaksi obat, spektrum efek dan respon yg terjadi.


Mekanisme Kerja Obat
*      Timbul karena interaksi obat dengan reseptor pada sel organisme
*      Terjadi perubahan biokimiawi dan fisiologi yg mrp respons khas u obat tsb
*      Reseptor mrp makromolekul fungsional yang mencakup 2 konsep penting yaitu agonis dan antagonis
Reseptor Obat
         Komponen penting : protein (asetilkolinesterase, Na+, K+ ATPase, tubulin, dll)

         Ikatan obat-reseptor : ikatan ion, hidrogen, hidrofobik, van der waals, kovalen.
          Struktur kimia suatu obat berhubungan erat dengan afinitasnya thd reseptor
         Hubungan dosis dengan intensitas efek
            D + R             DR + Efek 
            Intensitas efek obat berbanding lurus dengan fraksi reseptor yang diduduki
         Dalam menimbulkan efek, obat t3 tdk berikatan dg reseptor :
            - Mengubah sifat cairan tubuh : antasid, Na bikarbonat dlm membasakan urin
            - Berinteraksi dg ion : CaNa2 EDTA dlm mengikat Pb2+
            - Masuk ke komponen sel : 5-FU, AB, anti kanker.
UJI KLINIK
         Fase I : pengujian obat untuk pertama kali pada manusia, yg diteliti : keamanan obat.
         Fase II : pengujian obat utk pertama kali pd sekelompok kecil penderita, tujuan : melihat efek farmakologik. Bisa dilakukan secara komparatif dg obat sejenis ataupun plasebo.jml 100-200 og
         Fase III : Memastikan obat benar2 berkhasiat, dibandingkan dg plasebo, obat sama tp dosis beda, obat lain indikasi sama. Min 500 org
         Fase IV : Post Marketing Drug Surveillance, tujuan menentukan pola penggunaan obat di masy, efektivitas dan keamanannya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar